Jumat, 14 Maret 2008

2. Mesjid & Arsitektur Islam Di Spanyol (Spain)

1. Video : Film Sejarah Islam di Spanyol (Bagian.1).


Video : Film Sejarah Islam di Spanyol (Bagian.2)


2 Mesjid Al-Hambra (Cordoba) Seville, Spanyol

Alhambra, sering juga dijuluki "Istana yang Hilang" atau "Kejayaan yang Sirna". Alhambra yang terletak di CORDOVA, Andalusia (nama yang diberikan umat Islam untuk Spanyol) menyimpan rekaman sejarah kehebatan ilmu pengetahuan, karya sastra, seni dan arsitektur umat Islam. Bahkan Cordova, wilayah dimana Alhambra berdiri disebut sebagai puncak kecemerlangan ilmu pengetahuan Islam, di saat Barat sedang dalam Abad Kegelapan.



Menurut Washington Irving dalam bukunya berjudul "Al-Hamra", penyebab kemunduran umat Islam di Andalusia, bukan karena kehebatan dan kekuatan tentara Salib (seperti banyak disimpulkan oleh para sejarawan) tetapi karena pertikaian internal, Dan sayang, istana yang begitu megah itu tak lagi diurus, bahkan dijarah dan dihancurkan, termasuk Perpustakaan CORDOVA yang menyimpan banyak dokumen penting bagi ilmu pengetahuan.


AWAL kedatangan pasukan Islam di Spanyol berawal kabar dari Julian, seorang Gubernur Ceuta, yang memohon kepada Musa bin Nusair, raja Muda Islam di Afrika untuk memerdekakan negerinya, karena di negerinya (Andalusia) sedang dilanda kekacauan yang hebat. Kemudian atas perintah Raja Muda tersebut, beliau memerintahkan Thariq bin Ziyad keturunan Barbar salah seorang Panglima Islam untuk Raja Muda yaitu Musa bin Nusair, maka Tariq dan Pasukannya mengunjungi tanah Andalusia.
Tariq membawa pasukannya kurang lebih 12.000 orang ke Gibraltar pada Mei tahun 711 M. Tanggal 19 Juli 711 M, Raja Muda dan Tariq bin Ziyad bersama pasukannya telah mengalahkan pasukan Kristen di daerah Muara Sungai Barbate. Kemudian, Tarik membagi pasukannya ke-4 (empat) wilayah penting yaitu, Toledo, Kordoba, Malaga, dan Granada.



Timbullah untuk mendirikan kerajaan Islam di tanah Spanyol. Dengan Raja Mudanya di Toledo yang bekuasa tahun 711-756 M berada di bawah pengawasan Bani Umayyah di Damaskus. Kemudian disusul oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya dan juga berdiri Mulukuth Thawaif atau raja-raja kecil, seperti di Malaga di bawah Raja Hamudian (1010-1057); Saragoza di bawah pimpinan Raja Tujbiyah (1019-1039) yang dilanjutkan Raja Huddiyah (1039-1142); Valencia di bawah pimpinan Raja Amiriyah (1021-1096); Badajos dengan Raja Aftasysyiyah (1022-1094); Sevilla di bawah Raja Abbadiyah (1023-1069); Toledo di bawah pimpinan Raja Dzun Nuniyah (1028-1039).

Istana Alhambra didirikan oleh kerajaan Bani Ahmar atau bangsa Moor (Moria) (bangsa yang berasal dari daerah Afrika Utara), satu kerajaan Islam terakhir yang berkuasa di Andalusia sekarang Spanyol. Kerajaan ini adalah Daulat Bani Ahmar yang berkuasa antara 1232-1492 M, didirikan oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar atau Bani Nasr yang masih keturunan Sa'id bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari suku Khazraj di Madinah. Bangunan Istana Alhambra dibangun kurang lebih tahun 1238 dan 1358 M oleh sultan tersebut yang diteruskan oleh keturunan raja-raja Bani Ahmar. Istana Alhambra tidak langsung didirikan, namun secara bertahap.
Bangsa Berber atau Moor pertamakali menundukkan Andalusia dalam cahaya Islam. Berabad-abad umat Islam berusaha memakmurkan negeri yang gersang, tandus, dan penduduknya yang angkuh dan keras itu, hingga kemudian menjadi sebuah negeri yang subur, makmur, dan menjadi pusat peradaban dunia.


Istana ini dilengkapi dengan taman mirta semacam pohon myrtuscommunis dan juga bunga-bunga yang indah harum semerbak, serta suasana yang nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa), taman yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer. Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan dua belas patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang memancar. Di dalamnya terdapat berbagai ruangan yang indah, yaitu, Ruangan Al-Hukmi (Baitul Hukmi), yakni ruangan pengadilan dengan luas 15 m x 15 m, yang dibangun oleh Sultan Yusuf I (1334-1354); Ruangan Bani Siraj (Baitul Bani Siraj), ruangan berbentuk bujur sangkar dengan luas bangunan 6,25 m x 6,25 m yang dipenuhi dengan hiasan-hisan kaligrafi Arab; Ruangan Bersiram (Hausy ar-Raihan), ruangan yang berukuran 36,6 m x 6,25 m yang terdapat pula al-birkah atau kolam pada posisi tengah yang lantainya terbuat dari marmer putih. Luas kolam ini 33,50 m x 4,40 m dengan kedalaman 1,5 m, yang di ujungnya terdapat teras serta deretan tiang dari marmer; Ruangan Dua Perempuan Bersaudra (Baitul al-Ukhtain), yaitu ruang yang khusus untuk dua orang bersaudara perempuan Sultan Al-Ahmar; Ruangan Sultan (Baitul al-Mulk); dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya seperti ruangan Duta, ruangan As-Safa', ruangan Barkah, Ruangan Peristirahatan sultan dan permaisuri di sebelah utara ruangan ini ada sebuah masjid yakni Masjid Al-Mulk.

Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias istana Alhambra. Kemudian, dinding istana itu baik di luar atau pun dalam istana banyak dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan ukiran yang khas yang sulit dicari tandingannya.




Semula kerajaan ini hanya kerajaan kecil saja namun dengan cepatnya kerajaan ini menjadi kerajaan kuat dan megah hingga dua setengah abad lebih berkuasa. Kekuatan ini bukan saja dari kematangan pola pikir para pemimpinnya, tetapi keadaan alam pun ikut mendukung kejayaannya. Wilayah Granada termasuk daerah sebuah bukit atau pegunungan yang indah dengan ketinggian kurang lebih 150 m, dengan luas kira-kira 14 ha, satu daerah yang sukar dimasuki oleh musuh namun mudah dipertahankan, sekarang Bukit La Sabica.

Pada masa kejayaannya istana Alhambra ini dilengkapi dengan barang-barang berharga seperti barang yang terbuat dari logam mulia, perak, dan permadani-permadani indah yang masih alami buatan tangan manusia.



Raja-raja Bani Ahmar sangat memperhatikan akan kemakmuran rakyat sehingga pada saat itu bidang pertanian, dan roda perniagaan sangat maju. Selama 260 tahun kerajaan raja-raja Bani Ahmar berkuasa, namun timbul di antara mereka perselisihan juga sengketa. Inilah yang menyebabkan lemahnya kerajaan Bani Ahmar. Bagaimanapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII Abu Abdillah an Nashriyyah raja terakhir Bani Ahmar untuk menyelamatkan kerajaannya, akhirnya runtuh juga oleh dua buah kerajaan Kristen yang bersatu dari utara. Maksud dari dua buah kerajaan ini adalah karena perkawinan Karel/Ferdinand V (L. 1452-W. 1516) dari Aragon menikah dengan saudari Henry IV yaitu Ratu Isabella (L. 1451-W. 1504) dari Castille dan Leon. Keduanya menikah tahun 1469. Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella ini, keduanya yang mendukung dan membantu rencana penjelajahan Columbus di tahun 1492.



Pada pertengahan 1491 M, Raja Ferdinand V telah mengepung Granada selama tujuh bulan, Ferdinand V berkemah di Gumada di sebelah selatan kota. Sebelumnya Ferdinand V telah menguasai kota-kota lain seperti MalagaAlmeria. Yang terakhir adalah Granada yang diserahkan oleh raja terkahir Bani Ahmar Abu Abdillah. Penyerahan Granada ini diserahkan di halaman Istana Alhambra. pelabuhan terkuat di Andalusia, kemudian Guadix dan Almunicar, dan Baranicar.


Demikianlah Granada takluk dan menyerah yang diduduki oleh pengikut-pengikut Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella pada tanggal 2 Januari 1492 M/2 Rabiul Awwal 898 H. Karena kegigihan dan perjuangan Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella, Paus Alexander VI (L. 1431-W. 1503) yang terkenal dengan perjanjian Tordesillasnya pada tahun 1494 ia memberi gelar raja dan ratu ini sebagai "Catholic Monarch" atau "Los Reyes Catolicos" atau Raja Katolik.

Dengan kemenangan umat Kristen inilah orang-orang Islam dipaksa keluar dari tanah Spanyol, untuk yang mau menetap harus berpindah agama. Selain dari itu, orang-orang Yahudi pun ikut terusir dari tanah ini. Padahal, saat kekuasaan Islam sedang berjaya mereka mendapat tempat, kehormatan, dan pekerjaan yang layak oleh orang-orang Muslim Spanyol.

Yang sangat menyedihkan perpustakan-perpustakaan Islam ikut dibakar dan dihancurkan. Karya tulis yang sampai kepada kita hanyalah bagian terkecil dari karya-karya pemikir Islam di zamannya hingga sekarang sulit dicari tandingannya, yang sebagian besarnya dihancurkan dan dibakar. Alhambra yang megah pun dengan benteng yang berwarna kemerah-merahan kian tak terawat, kusam, dan tak terlihat wajah aslinya, dan dijadikan Istana Kristen. Kemudian, Masjid Kordoba yang megah didirikan oleh Sultan Abu Yusuf Al-Muwahhid pada tahun 785 M yang diperbesar pada tahun 848, 961, 1187 M., dialih-fungsikan menjadi Gereja Santa Maria de la Sede.

Hampir delapan abad lamanya Islam berkuasa di Spanyol, dari Kordoba hingga Granada adalah bukti nyata sebagai kejayaan Islam tempo dulu serta peradaban tinggi di tanah Andalusia. Salah satu bukti adalah Istana Alhambra ini, satu bangunan yang telah berdiri hingga sekarang yang hampir delapan abad pula usianya masih tetap kokoh walaupun sebagian kecil ada yang sudah lenyap. Kemasyuran istana ini kerena daya pesona serta keindahan arsitekturnya yang sungguh luar biasa.

3. Andalus; Hilangnya Sebuah Firdaus

Kata “Andalus” berasal dari "Vandalos", nama ini diberikan oleh penguasa muslim spanyol dari nama sebelumnya ”Iberia”. Muslimin menaklukkan Andalus yang dikuasai orang-orang Goth pada tahun 711 M./92 H. Kaum muslim berkuasa di Andalus selama hampir delapan abad melahirkan sebuah peradaban ilmiah cemerlang. Kekuasaan muslim berakhir dengan jatuhnya Grenada, akhir benteng Islam di Andalus, ke tangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand pada tahun 1489 M. (898 H.).


Jatuhnya Andalus bukan saja hilangnya sebuah wilayah yang telah dikuasai selama berabad-abad, namun juga hilangnya agama, entitas budaya, dan peradaban Kejatuhan Andalus merupakan pengalaman terpahit kaum Muslimin dalam sejarah. Ketika Andalus jatuh ke tangan Ratu Isabela dan raja ferdinand, orang-orang Katolik di Andalus melakukan pembersihan agama dalam bentuk ujian keimanan atau inquisisi (Mahkamah al- TaftisĂ®). Mereka memaksa orang-orang Islam dan Yahudi pindah ke agama Kristen, jika tidak mereka akan membunuhnya dengan alat-alat siksaan secara keji. Dalam rangka menyelamatkan iman ini, tidak sedikit kaum Muslimin dan orang-orang Yahudi melakukan eksodus ke Afrika Utara dan wilayah Ottoman (Turki). Setelah itu orang-orang Katolik berusaha menghilangkan simbol-simbol agama dan peradaban yang telah berabad-abad bercokol di Andalus. Masjid-masjid dan Synagog diubah menjadi gereja; buku-buku agama, ilmiah, dan filsafat dibakar di tanah-tanah lapang. Para sejarawan modern mengatakan bahwa jaman Inquisi ini merupakan sisi gelap sejarah gereja yang pernah terjadi di Eropa.


Diriwayatkan bahwa Abu Abdullah, penguasa terakhir Andalus dari Bani Ahmar, ketika keluar dari istananya "Al Hambra" menuju pelariannya di Afrika Utara terlihat bersedih, hatinya teriris dan hancur berkeping.
Hingga ketika sampai pada sebuah persimpangan jalan yang selanjutnya dikenal dengan "Zafrah al-Maghriby" dimana istana al-Hambra hampir tak terlihat lagi. Untuk terakhir kalinya ia memandang al-Hambra, sambil berurai airmata dari kedua kelopak matanya. Lalu ibunya berkata: Menangislah engkau bagai perempuan atas sebuah kerajaan yang hilang, sedangkan engkau tidak mau menjaganya bagai penjagaan laki-laki. Ahmad Syauqi, Amir Syuara', menggambarkan rombongan Abu Abdullah ini: Kelompok itu keluar dalam barisan-barisan tuli dari penjagaan, bagai sebuah rombongan mayat bisu. Mereka menyeberang lautan bagai sebuah keranda kematian, sedangkan dahulu dibawah kakek-kakek mereka merupakan singgasana yang kemarin.

4. Alhambra dan supremasi ilmu pengetahuan di Spanyol

”Bersatu kita utuh, bercerai kita runtuh”, barangkali ungkapan ini tepat ketika kita berbicara kejauhan Andalus. Istana Al-Hambra menjadi saksi sejarah kekuasaan islam selama 700 tahun di spanyol. Al-Hambra juga menjadi saksi kejatuhan islam, pengusiran hingga pembantaian kaum muslim oleh kaum katolik.

.
Al-Hambra, istana berwarna merah bata dan karena arsitektur yang didominasi warna merah itulah maka Istana di bukit La Sabica itu dinamai Alhambra, yang dalam bahasa Arab berarti Istana Merah. Alhambra didirikan oleh Sultan Muhammad bin Ahmar, raja bangsa Moor yang berasal dari Afrika Utara, pada abad ke-12. Sultan Muhamad masih keturunan Said bin Ubaidah, seorang sahabat Rasulullah SAW dari suku Khazraj di Madinah.Alhambra mulai dibangun tahun 1238. Mula-mula hanya berupa benteng kecil. Abad demi abad dikembangkan oleh penerus Dinasti Al-Ahmar sehingga menjadi kompleks Istana yang megah dan indah,

Ornamen khas peradaban Islam mewarnai setiap lekuk bangunan, tulisan huruf Arab "Laa ghaliba illalah" (tiada kejayaan selain Allah) terpahat di berbagai dinding.
Ada taman asri di setiap penjuru, parit dan kolam air mancur di setiap kawasan Istana. Teras-teras dari batu marmer. Ruang-ruang dengan kaligrafi Arab dengan ukiran khas yang tiada tandingannya. Patung-patung singa. Menara. Benteng-benteng yang menjulang. Meriam-meriam yang siap menembak. Dan, sebuah mesjid besar yang dinamakan Mesjid Al-Mulk.

Pada masa kejayaannya, Istana Alhambra dipenuhi dengan barang-barang berharga seperti perhiasan logam mulia, perak, keramik dan permadani indah.

Selama berabad-abad, Kerajaan Bani Ahmar merupakan negara yang disebut dalam wacana terminologi Islam sebagai "baldatun toyibatun warobbun ghofur" alias "gemah ripah loh jinawi". Namun, disinilah hilafnya, konon. setelah 260 tahun berkuasa, anak pinak khalifah Bani Ahmar mulai bertengkar dan berselisih. Mereka mulai memperbutkan kekuasaan. Sebagian saling bunuh.
Ketika bersatu Alhambra kuat. Ketika mulai bercerai berai, Dinasti Bani Ahmar memudar. Pertikaian internal membuat Alhambra makin terpuruk. Sebaliknya musuh-musuh menguat dan bersatu padu menggilas Alhambra.


Betapapun gigihnya usaha Sultan Muhammad XII, raja terakhir Bani Ahmar, untuk menyelematkan kerajaannya, pada akhirnya runtuh juga. Dua kerajaan Kristen yang bersatu "Raja Ferdinand V dari Aragon dan Ratu Isabella dari Castille" berhasil menaklukan Alhambra pada 2 Januari 1492. Untuk itu, Paus Alexander VI (1431-1503) memberi gelar raja dan ratu ini sebagai "Los Reyes Catolicos" atau Raja/Ratu Katolik.
Setelah Spanyol jatuh ke tangan penguasa Katolik, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella pada tahun 1492, masjid-masjid di Spanyol banyak yang dihancurkan atau diubah fungsinya menjadi gereja.


Berakhirlah kejayaan Islam di Spanyol. Dimulailah abad kegelapan bagi kaum Muslimin di Andalusia.


"Hanya ada tiga pilihan bagi kaum Muslimin: keluar dari Spanyol, pindah agama kalau mau menetap, atau dibunuh kalau tidak mau keluar dan menjadi Katolik.


Perpustakaan-perpustakaan Islam dibakar. Bangunan-bangunan Istana dihancurkan. Barang-barang Istana dijarah. Kaligrafi dihapus. Mesjid Al-Mulk yang menjadi salah satu ikon Alhambra dijadikan gereja Katolik. Begitu juga Mesjid Kordoba yang megah dialihkan menjadi Gereja Santa Maria de la Sede.

Dengan semua kejadian ini, umat Muslim harus berpikir apa hikmahnya di balik itu, ketahuilah bahwa Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin, bukan sebagai agama teroris yang merusak.

5. Mesjid Raya Trinidad - Spanyol









3 komentar:

Arqi's mom mengatakan...

Mau meluruskan sedikit.....
Alhambra dan Cordova (cordoba) adalah sesuatu yg sama sekali berbeda. Alhambra adalah suatu komplek istana (nasrid palace) dan benteng alcazaba...dan terletak di daerah Granada bukan di Cordoba. Sedangkan di Cordoba betul ada sebuah mesjid yaitu mezquita de cordoba yg sekarang sdh jadi gereja. Foto2 spot yg bapak tampilkan juga tercampur...ada yg diambil di Alhambra dan juga yg diambil dari dalam mesjid cordoba..

Social Reject Morganista mengatakan...

saya sangat terkagum akan kejayaan islam dimasa itu. Islamlah yang membuat dunia berubah. Dari segi ilmu, peradaban, keagamaan, kultur dan sebagainya yang sama sekali meninggalkan jauh bangsa kristen yang pada masa itu terjatuh dalm kegelapan. seringkali aku membayangkan hidup dimasa seperti itu

service ac di surabaya mengatakan...

kereeeeen... subhanallah..