Jumat, 23 Mei 2008

9. Al-Zahrawi (Albucasis) - Ahli Bedah Pertama Di Dunia

Di era keemasan islam di Spanyo, Islam memiliki seorang dokter bedah termasur. Ia adalah Abu al-Qasim Ibn Abbas al-Zahrawi. Ahli bedah yang termasyhur hingga abad 21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba itulah dia menimba ilmu, mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu bedah bahkan hingga tutup usia.

Di barat, ia lebih dikenal dengan nama Albucasis. Kontribusinya sangat besar dalam pengembangan ilmu bedah (kedokteran), selain melahirkan prosedur dan metode ilmu bedah modern, dia juga menciptakan beragam alat dan teknologi dan turunannya yang digunakan untuk bedah, sebagian besar model peralatan temuannya masih digunakan hingga saat ini. Ia adalah orang pertama di dunia yang berhasil malakukan teknik pembedahan ”khusus” pada seorang anak yang bernama Kaiser, dari ialah teknik pembedahan khusus ini dikenal sekarang sebagai bedah Caesar.

Ia telah menulis 30 jilid buku yang berkaitan dengan ilmu bedah, kesehatan, ortopedi, opthalmology, farmakologi, dan nutrisi. Tidak mengherankan bila dunia menjulukinya sebagai ‘Bapak Ilmu Bedah Modern’.

Selama separuh abad mendedikasikan diri nya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam Kitab Al-Tasrif (The book of Explanation), ‘Bapak Ilmu Bedah’ itu memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di an tara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya.

Gerard Cremona telah menterjemahkan buku ’al-tasrif’ ke dalam bahasa latin, disamping buku karangan Ibnu Sina berjudul ’al-Qanun Fi al-Tibb (aturan/prinsip medis). Kedua buku tersebut menadi buku rujukan medis (medical textbook) di universitas-universitas Eropah pada abad.12 – abad.17.

Al-Zahrawi; sang penemu peralatan bedah.

Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menciptakan atau menemukan 26 peralatan bedah. Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang d gu nakan Al-Zahrawi untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern. Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu digambarkan dalam Kitab Al-Tasrif.

Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggenaan ligature (benang pengikat luka) untuk mengontrol pendarahaan arteri. Ja rum bedah ternyata juga ditemukan dan dipapar kan secara jelas oleh Al-Zahrawi dalam kitabnya yang paling fenomenal itu. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan sedere alat bedah lain hasil penemuannya dalam Kitab Al-Tasrif.

Peralatan penting untuk bedah yang ditemukan Al-Zahrawi itu antara lain, pisau bedah (scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksi dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan serta alat pemeriksa telinga. Kontribusi Al- Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.

Kisah masa kecilnya tak banyak terungkap. Sebab, tanah kelahirannya Al- Zahra dijarah dan dihancurkan. Sosok dan kiprah Al-Zahrawi baru terungkap ke permukaan, setelah ilmuwan Andalusia Abu Muhammad bin Hazm (993 M - 1064 M) menempatkannya sebagai salah seorang dokter bedah terkemuka di Spanyol. Sejarah hidup alias biografinya baru muncul dalam Al-Humaydi’s Jadhwat al- Muqtabis yang baru rampung setelah enam dasawarsa kematiannya.

Al-Zahrawi mendedikasikan separuh abad masa hidupnya untuk praktik dan mengajarkan ilmu kedokteran. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun diangkat menjadi dokter Istana pada era Kekhalifahan Al-Hakam II di Andaluasia. Berbeda dengan ilmuwan Muslim kebanyakan, Al-Zahrawi tak terlalu banyak melakukan perjalanan. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang.

Para dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius terutama di bidang bedah. Jasanya dalam mengembangkan ilmu kedokteran sungguh sangat besar. Al- Zahrawi meninggalkan sebuah ‘harta karun’ yang tak ternilai harganya bagi ilmu kedokteran yakni berupa Kitab Al-Tasrif li man ajaz an-il-taliI sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab yang dijadikan sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30 volume.

Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedi, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodoran, hand lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil karya Al-Zahrawi.

Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant, pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang 50 rumah sakit yang menawarkan pelayanan yang prima.





Peralatan-peralatan bedah Al-Zahrawi.

-----------------------------------------------------

Sumber :

1. http://www.isb.org.uk/iaw/Al-Zahrawi.htm
2. http://www.islamicmedicine.org/Zahrawi2.htm
3.
http://www.middleeasthealthmag.com/cgi-bin/index.cgi?http://www.middleeasthealthmag.com/mar2005/feature5.htm
4. Koran Republika, Rabu 14 Mei 2008